RESISTENSI ANTIBIOTIK

Masyarakat sering mengira bahwa tubuh manusialah yang kebal terhadap antibiotik tertentu. Padahal sesungguhnya, mikrobalah dan bukan manusia, yang kebal terhadap antibiotik. Hampir semua jenis bakteri kini telah menjadi lebih kuat dan tidak mempan terhadap antibiotik.
Resistensi terhadap antibiotik menyebabkan bahaya besar bagi manusia karena infeksi yang semula mudah diobati dengan antibiotik kini menjadi sulit atau bahkan tidak dapat lagi diobati dengan antibiotik. Pasien yang bakteri dalam tubuhnya resisten terhadap antibiotik bisa jadi memerlukan jenis jenis antibiotik yang lebih kuat dan lebih mahal, dan dalam jumlah yang lebih besar karena waktu penyembuhan yang lebih lama.
Bakteria yang kebal terhadap antibiotik dengan cepat menyebar ke anggota keluarga, teman sekolah, rekan kerja, dan mengancam masyarakat dengan menimbulkan jenis infeksi baru yang lebih sulit diobati sehingga lebih mahal biaya perawatannya. Jika satu mikroba resisten terhadap beberapa antibiotik, maka akan lebih sulit lagi mengobati penyakit. 

RESISTENSI ANTIBIOTIK
Apakah antibiotik?Antibiotik adalah obat untuk melawan bakteri. Alexander Fleming menemukan antibiotik pertama, penicillin, pada tahun 1927. Setelah digunakan pertama kali tahun 1940an, antibiotik membawa perubahan besar pada pelayanan kesehatan dan penyembuhan infeksi bakterial.
Kata "antibiotik" mengacu pada bahan alam yang dihasilkan oleh jamur dan mikroorganisme lain yang dapat membunuh bakteri. Kini, antibiotik dapat berupa bahan sintetis (tidak dihasilkan oleh mikroorganisme) yang juga membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Meski antibiotik memiliki banyak manfaat, penggunaannya yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi bakteri terhadap antibiotik.

Kenapa bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik?
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat meningkatkan jumlah dan jenis bakteri yang kebal terhadap antibiotik Setiap kali seseorang mengonsumsi antibiotik, maka bakteri yang sensitif akan terbunuh, tetapi bakteri yang kebal akan terus hidup, tumbuh dan berkembang biak. Penggunaan antibiotik yang berulang-ulang dan tidak tepat adalah penyebab utama peningkatan jumlah bakteri yang kebal terhadap obat. Penggunaan antibiotik secara cerdas, tepat, adalah kunci pengendalian penyebaran bakteri yang resisten terhadap antibiotik.
 
RESISTENSI ANTIBIOTIK
Bagaimana bakteri bisa kebal terhadap antibiotik?
Beberapa bakteri mampu menetralkan antibiotik sebelum membunuhnya, bakteri lain mampu dengan cepat mengeluarkan antibiotik dari sel mereka dan bakteri lainnya mampu mengubah titik serang antibiotik sehingga tidak menggangu fungsi hidupnya.
Antibiotik membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri yang peka. Tetapi, terkadang, salah satu bakteri dapat bertahan hidup karena mampu menetralisir atau menghindar dari efek antibiotik. Bakteri semacam ini akan berkembang biak dan menggantikan tempat bakteri-bakteri yang terbunuh. Bakteri yang semula peka terhadap suatu antibiotik pun dapat menjadi kebal melalui perubahan genetik di dalam selnya, atau dengan menerima DNA yang sudah reisten dari bakteri lain. Artinya bakteri dapat menjadi resisten terhadap beberapa antibiotik sekaligus. Ini tentu menyulitkan para dokter memilih antibiotik yang tepat untuk pengobatan.
 
Bagaimana mencegah infeksi yang resisten terhadap antibiotik?
Memahami apa itu antibiotik, manfaat dan bahayanya adalah langkah awal mencegah resistensi terhadap antibiotik. Perlu dipahami, meski sangat bermanfaat, antibiotik hanya ditujukan mengatasi infeksi akibat bakteri, bukan infeksi virus seperti demam, batuk, atau flu.


Beberapa tips untuk diingat:
 
  1. Menanyakan tentang resistensi antibiotik kepada tenaga kesehatan. Tanyakan apakah   antibiotik yang digunakan memang sangat dibutuhkan untuk menyembuhkan penyakit. Tanyakan juga apa lagi yang harus dilakukan untuk mempercepat penyembuhan.
  2. Jangan konsumsi antibiotik untuk infeksi akibat virus seperti demam dan flu.
  3. Jangan menyimpan antibiotik untuk persediaan mengatasi sakit yang akan datang Habiskan antibiotik dengan tuntas sesuai anjuran dokter. Buang sisa obat yang menurut dokter tidak perlu diteruskan.
  4. Gunakan antibiotik secara tepat seperti diresepkan dokter. Jangan melewatkan waktu dan dosis yang diharuskan. Habiskan semua obat meskipun Anda telah merasa lebih sehat. Jika pengobatan dihentikan mendadak, beberapa bakteri yang bertahan dapat menyebabkan infeksi kembali
  5. Jangan gunakan antibiotik yang diresepkan bagi orang lain, yang tentunya tidak tepat untuk penyakit Anda. Menggunakan antibiotik yang salah dapat memperlambat pengobatan yang tepat dan memberi waktu bakteri berkembang biak.
  6. Jika dokter memastikan anda tidak memiliki infeksi bakteri tanyakan cara untuk mengurangi gejala. Jangan paksa dokter memberikan antibiotik.
Bagaimana petugas kesehatan membantu pencegahan resistensi antibiotik?
  • Hanya meresepkan antibiotik jika memang tepat bagi pasien
  • Gunakan antibiotik yang tepat untuk bakteri penyebab penyakit
  • Gunakan antibiotik dengan dosis dan jangka waktu yang benar.
Previous
Next Post »